Rabu, 23 Mei 2012

Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal)



Status
Wereng batang coklat (WBC), Nilaparvata lugens Stal (Homoptera : Delphacidae) merupakan salah satu OPT utama pada tanaman padi di Indonesia. WBC selain merusak tanaman padi secara langsung yaitu dengan cara menghisap cairan tanaman, juga dapat menjadi vektor virus kerdil rumput (grassy stunt) dan kerdil hampa (ragged stunt). Kehilangan hasil produksi akibat WBC dapat mencapai lebih dari 60% jika menyerang pada tanaman padi peka. Daerah sebaran WBC meliputi : Australia, Bangladesh, Bhuthan, Burma (Myanmaar), Kamboja, Cina, Fiji, India, Indonesia, Jepang, Korea Utara dan Selatan, Laos, Malaysia, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Tanaman inang lainnya selain padi yaitu Leersia hexandra.
Biologi
Wereng batang coklat dewasa mempunyai dua tipe sayap yaitu makroptera (sayap sempurna) dan brakiptera (sayap pendek). WBC makroptera dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk membuat koloni baru. Setelah menetap, WBC makroptera menghasilkan generasi berikutnya di mana sebagian besar WBC betina berkembang sebagai brakhiptera dan WBC jantan sebagai makroptera. WBC betina brakhiptera meletakkan telur berkisar antara 300-350 telur, sementaraWBC betina makroptera bertelur lebih sedikit. Telur-telur diletakkan secara berkelompok di bagian tengah jaringan pelepah daun. Telur menetas dalam waktu sekitar enam sampai sembilan hari. Telur menetas menjadi nimfa dan mengalami lima kali pergantian kulit (instar) untuk menjadi dewasa. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari.
Kerusakan
WBC menyerang tanaman padi pada semua tahap pertumbuhan tanaman. Nimfa dan WBC dewasa menyerang dengan cara menghisap cairan tanaman padi, sehingga mengakibatkan tanaman padi menjadi kuning dan kering dengan cepat (berwarna kecoklatan seperti terbakar). Kondisi ini disebut 'hopper burn'. Suhu merupakan faktor penting dalam aktivitas hidup dari serangga. Suhu optimum untuk penetasan telur dan kelangsungan hidup WBC sekitar 25°C, sedangkan suhu maksimum untuk pertumbuhan populasi WBC adalah pada kisaran suhu 28° hingga 30°C.
Penggunaan pupuk urea sebagai pupuk nitrogen dan pemakaian insektisida secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama WBC, yaitu dengan meningkatnya fekunditas/kemampuan bertelur dari WBC dan berkurangnya populasi musuh alami. Beberapa insektisida ternyata meningkatkan kandungan protein kelenjar ekstra WBC jantan, dan dengan demikian meningkatkan fekunditas WBC. Beberapa insektisida dapat meningkatkan jumlah asam amino dan sukrosa yang tersedia pada jaringan phloem tanaman padi. Kondisi tersebut mengakibatkan meningkatnya daya hidup/kelangsungan hidup WBC.
Pengendalian
Penanaman varietas padi yang tahan terhadap WBC adalah penting untuk mencegah terjadinya ledakan hama. Perubahan gen oleh bahan kimia secara signifikan dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat resistensi WBC pada padi. Beberapa insektisida kimia, misalnya imidakloprid, dapat mempengaruhi ekspresi gen tanaman padi dan dengan demikian meningkatkan kerentanan terhadap WBC. Dalam upaya untuk mengendalikan WBC lebih spesifik-spesies, peneliti mencoba untuk mengembangkan metode mematikan gen tertentu yang berpengaruh terhadap pencernaan, ketahanan dan  metabolisme xenobiotik WBC. Banyak gen baru untuk fungsi-fungsi ini telah terdeteksi di jaringan dari usus BPH. Beberapa lektin tumbuhan adalah antifeedants untuk WBC dan jika benar formulasinya mungkin memiliki potensi untuk melindungi tanaman padi terhadap WBC.
Pengendalian WBC dengan menggunakan insektisida sintetik hasilnya efektif dan efisien, namun dalam prakteknya harus berpedoman pada prinsip 6 (enam) Tepat, yaitu : Tepat Jenis, Tepat Sasaran, Tepat Cara, Tepat Waktu, Tepat Konsentrasi/Dosis dan Tepat Lokasi.

Gambar-gambar wereng batang coklat : 

Gbr 1. WBC Makroptera (Atas) dan WBC Brakhiptera (Bawah)


Gbr 2. WBC Brakhiptera Tampak Atas/Dorsal
Gbr 3. Populasi Tinggi WBC pada Rumpun Padi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar